Quotes

Syukur dan sabar bagai dua sayap , yang kanan sayap syukur dan yg kiri sayap sabar. Jika patah salah satu maka kita akan jatuh~Buya Hamka

Label

Langsung ke konten utama

Catatan Anak Rantau #1 Masa Penyesuaian

Dulu saya sangat antusias sekali ketika mengetahui bahwa saya akan ditempatkan kerja di Bandung. Ya, sudah sekian lama saya mendambakan tinggal di Bandung. Kesan pertama saya ketika berkunjung ke Bandung saat berusia 13 tahun benar-benar membekas di hati saya. Bagi saya Bandung itu sejuk, nyaman, banyak pepohonan di kiri kanannya. Itu yang menarik dari Bandung buat saya.

Hari-hari kepindahan ke Bandung saya tunggu-tunggu. Sampai saat yang ditunggupun tiba. Saya sangat antusias sekali akhirnya bisa merantau ke Bandung meskipun harus jauh dari keluarga. Bagi saya ini adalah tantangan tersendiri. Mungkin selama ini Jogja terlalu nyaman buat saya. Selain itu karena sejak kecil hingga dewasa saya lebih banyak menghabiskan waktu di Jogja saya merasa jenuh dengan Jogja. Butuh tantangan dan suasana baru.

Menjalani kehidupan sebagai anak kos merupakan tantangan tersendiri karena saya sebelumnya tidak pernah ngekos. Bagaimana mengatur keuangan agar tak cepat habis di tengah bulan, menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang beda dengan lingkungan sebelumnya, menentukan mau makan apa karena menu yang ditawarkan warung-warung itu-itu saja (bosan), dan penyesuaian lainnya.
Masa-masa awal kepindahan ke Bandung begitu menarik dan menantang buat saya hingga tiba suatu episode dimana saya merasa kesepian. Mungkin saat itu saya belum menemukan keluarga baru disini. Temen-temen yang bisa satu visi dan misi tidak langsuung ditemukan. Belum menemukan ritme hidup baru yang lebih dinamis di tanah perantuan. Saya merasa kesepian, kangen sama keluarga di rumah. Dan pada saat itu saya semakin menyadari betapa berharganya keluarga. Kadang kalau lagi begitu saya cuma bisa nangis sambil nginget-inget mereka. Senyaman-nyaman tanah rantau tetaplah nyaman kampung halaman sendiri, karena da keluarga disana.

Berada di tanah rantau benar-benar menempa diri saya untuk lebih mandiri dan dewasa, bertanggung jawab terhadap segala pilihan-pilihan yang saya diambil. Saya juga jadi lebih intens berkomunikasi dengan orang tua dan keluarga, bukan sekedar basa-basi tapi saya merasa komunikasi yang terjalin lebih berkualitas. 

Memang ada masa dimana rasanya ingin kembali pulang ke kampung halaman terutama ketika rasa kesepian itu bertandang tanpa diundang tanpa diduga. Namun ketika mengingat niat awal merantau untuk apa semangat itu kembali datang. Ya, saya merantaupun atas restu ibu dan keluarga besar. Tujuannyapun untuk membahagiakan keluarga dan mencapai cita-cita yang saya impikan. Saya tidak boleh menyerah sampai disini. Walaupun jauh dari keluarga dan kadang semangat melemah hingga bingung harus bagaimana saya harus tetap bertahan karena tugas belum selesai dilakukan.

Semoga perantauan ini mendatangkan banyak kebaikan bagi saya, keluarga, dan yang paling penting diridhoi Allah SWT. Semoga saya semakin dewasa dan bijak dalam menghadapi tantangan-tantangan yang ada di depan mata. Aamiin

Alhamdulillah sudah menemukan keluarga-keluarga baru disini, keluarga yang ikatannya juga tak kalah erat seperti ikatan darah. Sudah mulai menemukan bagaimana ritme yang harus dilalui ketika sedang begini dan sedang begitu. Sampai sekarang sayapun masih belajar untuk menikmati apa yang saya lakukan saat ini. Hidup adalah rangkaian pembelajaran yang tiada henti. Bersyukurlah karena Allah beri kesempatan untuk merantau di kampung orang karena bisa jadi ada yang memimpikan pencapaianmu saat ini, namun impian itu tak jua terwujud kepadanya. Semangat berjuang! semangat belajar!

Selamat #HariBloggerNasional



life-long learner, suka jalan-jalan, blogging, dan phonetography| Bahagia itu sederhana| Hidup mulia dan husnul khotimah (aamiin).

Komentar