Quotes

Syukur dan sabar bagai dua sayap , yang kanan sayap syukur dan yg kiri sayap sabar. Jika patah salah satu maka kita akan jatuh~Buya Hamka

Label

Langsung ke konten utama

Belajar dari Buya Hamka

Bulan Juni 2016 lalu saya membeli dua buku, pertama buku Sejenak Hening karya Adjie Silarus kedua buku Ayah karya Irfan Hamka. Untuk buku Sejenak Hening saya cepat dalam menamatkannya tapi entahlah ketika membaca buku Ayah saya baru tamat tadi malam. Ya, mungkin karena saat itu masih di asrama dan aktifitas cukup padat sehingga badan cepat lelah. Selain itu ada hal-hal yang harus saya prioritaskan sehingga menyebabkan semakin lama menyelesekainnya, dan satu lagi  yaitu kebanyakan mantengin media sosial sehingga menyita waktu dan melupakan buku :(

Untuk buku Sejenak Hening lain kali aja review- nya hehehe, harus dibuka-buka lagi. Kali ini saya ingin sedikit mengulas buku Ayah karya Irfan Hamka. Ya buku ini mencerikatakn tentang Buya Hamka, mulai dari masa muda, menjadi ulama, sastrawan, politisi, kepala rumah tangga hingga ajal menjemputnya.


Kisah-kisah dalam buku ini ditulis oleh Irfan Hamka putra kelima beliau dengan ringan seperti cerpen. Buya Hamka mengenyam pendidikan secara resmi hanya sampai tingkat sekolah dasar. Selebihnya beliau lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar otodidak dan berguru kepada tokoh/ulama baik dari Sumatera maupun Jawa. Belau juga pernah menghabiskan waktunya belajar di Mekkah.

Semangat belajar belau sangat tinggi maka tak heran beliau juga menghasilkan karya tulis yang banyak baik berupa artikel, buku-buku seperti  novel, buku tasawuf,  dan karyanya yang paling fenomenal adalah Tafsir Al Azhar yang beliau tulis saat beliu di penjara.

Beliau adalah orang yang sangat dekat dengan Al Qur'an, hal tersebut ditunjukkan saat beliau ditemani istri dan anaknya saat melakukan perjalanan ke Timur Tengah. Dalam perjalanan beliau sering mengisi waktunya dengan membaca Al Qur'an. Beliau juga sangat kukuh dalam memegang aqidah, pernah beliau mengundurkan diri dari jabatan Ketua Majelis Ulama Indonesia karena beliau enggan menarik fatwa bahwa orang muslim dilarang mengikuti perayaan natal.

Beliau juga orang yang penuh kasih sayang baik kepada keluarga, orang-orang menyakitinya, bahkan terhadap hewan peliharaannya Si Kuning (seekor kucing berwarna kuning). Beliau menghembuskan nafas terakhirnya karena sakit diabetes yang dideritanya telah mengalami komplikasi. Saat beliau meninggal ribuan pelayat mengantarkan kepergiaannya. Banyak yang menziarahi pusaranya. MasyaAlloh

Banyak pelajaran yang dapat diambill dari kisah hidup Buya Hamka, tentang semangat belajar, keteguhan menjaga iman, kasih sayang dan juga perjuangannnya sebagai seorang pribadi, kepala rumah tangga, politisi, ulama, dan juga abdi negara.

Bagi yang penasaran tak ada salahnya menambahkan buku ini ke dalam koleski perpustakaan pribadi Anda. Semoga Alloh senantiasa menjaga kita bersama orang-orang sholeh. Aamiin:)
life-long learner, suka jalan-jalan, blogging, dan phonetography| Bahagia itu sederhana| Hidup mulia dan husnul khotimah (aamiin).

Komentar