Quotes

Syukur dan sabar bagai dua sayap , yang kanan sayap syukur dan yg kiri sayap sabar. Jika patah salah satu maka kita akan jatuh~Buya Hamka

Label

Langsung ke konten utama

AIV Capacity Buliding Workshop

Alhamdulillah, pada tanggal 25-27 Juli 2017 saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti AIV Capacity Building Workshop on ICT and e-Learning Education yang diadakan oleh Institut of APEC Collaborative Education (IACE) bekerjasama dengan APEC, Balitbang Kemendikbud RI, Kementrian Pendidikan Korea, dan APEC Learning Community Builders. Acara ini diikuti oleh perwakilan peserta dari kalangan guru dan intruktur di lingkungan Kementrian Pendidikan RI, Kemnaker, dan Kemristek Dikti. Acara berlangsung di Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta.

Pemateri ada 4 orang yaitu Mr. Im Hyunbin, Mrs. Park Eunhee, Ms. Kim Mijeong, Ms. Kim Jiyoon, dan Ms. Kim Dasom. Dalam training ini kami mendapatkan banyak pengetahuan dan informasi mengenai pendidikan di Korea di antaranya adalah mengenai Sistem Pendidikan di Korea dan Bagaimana Korea Menghadapi World Skill Competition yang Difokuskan pada Sekolah Kejuruan; Bagaimana Memanfaatkan Teknologi Informasi di dalam Kelas dan Kurikulum; Memanfaatkan Teknologi Informasi untuk Kelas yang Interaktif; Sekolah Kejuruan di Korea, dan Pertukaran Budaya.

Saya sangat antusias dalam mengikuti acara tersebut karena ini adalah forum internasional pertama saya. Awalnya agak nggak pede karena kemampuan bahasa Inggris masih terbatas tetapi saya tetap coba dan alhamdulillah semua berjalan lancar dan kekhawatiran yang ada tidak terjadi. Para pemateri dapat menjelaskan materi dengan  cukup baik dan terjadi hubungan yang interaktif antara para peserta dan pemateri.

Secara umum ada banyak kesamaan antara pendidikan di Indonesia dan Korea. Di Korea SD ditempuh selama 6 tahun, SMP 3 tahun, dan SMA 3 tahun. Namun mengenai kurikulum memang ada perbedaan . Kurikulum di Korea dari SD-SMA fokus  Career System Education, pendidikan di Korea fokus pada pengembangan bakat dan minat siswa sehingga siswa sejak dini sudah mengenal potensinya dan mengetahui kelak mereka ingin berkarya di bidang apa.

Sedangkan kurikulum pendidikan di Indonesia berdasarkan pengalaman saya sekolah dari SD-SMA di sekolah negeri belum mengarahkan kepada minat dan bakat siswa sehingga ketika lulus dari sekolah menengah atas kadang siswa masih bingung mau melanjutkan kemana. Tak jarang mereka melanjutkan ke universitas dengan jurusan yang ternyata bukan pilihannya tetapi pilihan orang tua. Kadang ada kasus merasa salah jurusan ketika memasuki universitas sehingga di tengah jalan mundur dan pindah ke jurusan yang lebih diminati. Saya melihat sendiri fenomena tersebut. Jika sejak dini siswa sudah mengenali potensinya dan mengetahui di bidang apa dia akan membangun karir maka hal-hal seperti yang saya sebutkan di atas tidak akan terjadi

Salah satu bentuk perhatian pemerintah Korea dalam sistem pendidikan berbasis karir ini terlihat ketika siswa memasuki sekolah menengah pertama (SMP), di semester pertama kelas 1 tidak ada beban tes  untuk siswa. Pembelajaran dilakukan berbasis pada pengalaman melalui kegiatan-kegiatan seperti art festival, school trip, belajar kerajinan tangan, career exploration, dll. Tujuan dari pembelajaran tersebut adalah agar siswa mengenali potensinya sehingga siswa mudah dalam menentukan rencana dan kehidupan karirnya di masa mendatang. Hal tersebut memudahkan siswa untuk menentukan bidang apa yang akan mereka geluti sehingga begitu lulus dari SMP mereka mudah menentukan langkah selanjutnya, ingin ke sekolah umum atau kejuruan. Setelah lulus ingin langsung bekerja atau ingin melanjutkan ke universitas.

Jadi saya sepakat bahawa sistem pendidikan harus berubah. Bagaimana menjadikan pendidikan sebagai sarana pengembangan minat dan bakat siswa sehingga memudahkan mereka dalam mencapai cita-cita dan berkontribusi sesuai dengan bidangnya.

Oiya ada satu sesi yang seru dan menarik menurut saya yaitu sesi pertukaran budaya (pada hari terakhir). Kali ini kami peserta diajari membuat origami hanbook (pakaian tradisional dari Korea), menggambar kipas kas Korea dengan menggunakan tinta, sedotan, dan cat. Selain itu juga membuat jegi (mainan khas Korea yang nanti akan di tendang berkali-kali seperti kalau main sepak takrau). Semakin lama di tendang semakin bagus skornya dan bisa dinyatakan sebagai pemenang.


Over all, menyenangkan dan sangat bermanfaat sekali bagi saya dalam menjalankan tugas saya sebagai seorang instruktur.  Semoga suatu saat nanti bisa berkunjung langsung ke Korea dan bertemu dengan mereka lagi hehehe. Keempat presenternya baik-baik orangnya, ramah, dan lucuJ







life-long learner, suka jalan-jalan, blogging, dan phonetography| Bahagia itu sederhana| Hidup mulia dan husnul khotimah (aamiin).

Komentar