Lama banget gak naik gunung, halah kayak sering naik gunung
aja heheh. Padahal ya bisa dihitung dengan jari hehehe. Pertama naik gunung itu
ke Gunung Merbabu (3.145 mdpl) bersama teman-teman Trapsila Hiking Club yang merupakan klub
pelajar pecinta alam SMA N 9 Yogyakarta. Saat itu (2004) saya kelas dua SMA.
Semangat banget pas mau naik gunung, secara itu semacam tanda pengakuan
kalau kamu itu bener-bener anak pecinta alam #tsah
Saat itu kondisi saya baru tidak baik. Lagi kurang fit,
ditambah beban yang harus saya bawa cukup berat dan tidak didukung dengan
carrier yang nyaman. Jadi carrier itu saya pinjam dari pembimbing di Mapala
Caravan (Mapala Fakultas Peternakan UGM), tidak terlalu besar namun besi yang ada di bagian belakang tas yang
besentuhan langsung dengan punggung itu terasa banget kerasnya. Sehingga
menekan punggung saya. Selama perjalanan saya menahan sakit. Alhamdulillah,
pembimbing dari sekolah yang saat itu ikut mau bertukar tas dengan saya di
tengah perjalanan.
Subhanallah, perjalanan malam itu tidak saya lupakan. Pemandangannya
indah sekali. Kita begitu dekat dengan alam. Melalui jalan setapak yang
dikelilingi ladang dan juga hutan. Jarak antara tanah yang diinjak dan langit
seperti dekat sekali. Bintang-bintang indah bertaburan.
Pos demi pos kami lalui hingga akhirnya sampai ke pos tempat
untuk mendirikan tenda sebelum mencapai pucak. Subhanallah, udaranya dingin sekali.
Langsung saja kami mendirikan tenda dan istirahat di dalam tenda. Saat subuh
saya terbangun dan segera saja mengambil air untuk berwudhu dan cesssss brrrrr
dingin banget.
Setelah itu kamipun melanjutkan perjalanan menuju puncak
untuk mendapatkan sunrise. Ya kami sadar tidak akan mendapatkan sunrise karena
kami terlambat melakukan perjalanan ke puncak. Namun kami tidak menghentikan
langkah, kami harus tetap sampai puncak. Capek pasti, namun keinginan kuat
untuk mencapai puncak tidak meyurutkan langkah kami.
Alhamdulillah akhirnya kami
sampai puncak setelah perjuangan yang luar biasa. Terpeleset, kelelahan, dan
lain-lain. Ketika mendekati puncak aroma belerang begitu terasa. Begitu sampai puncak hal yang kami lakukan adalah segera
memasak, lapar hahahahah. Setelah itu baru foto-foto. Sayang sekali foto-foto
selama pendakian Merbabu ini hilang entah kemana. Mungkin teman-teman yang lain
masih menyimpan, namun saya tidak.
Jujur, setelah pendakian ke Merbabu saya kapok naik gunung.
Apa yang bikin kapok? Yang bikin kapok adalah setelah naik gunung badan rasanya
gak karuan, sakit semua. Capeeekkkk banget rasanya. Terlebih beberapa hari
setelah itu saya malah masuk rumah sakit karena sakit malaria. Saya tidak tau
persis dimana nyamuk anopheles itu menggigit saya. Ada dua kemungkinan pertama
ketika naik gunung di Merbabu atau kedua di Wates, Kulon Progo karena beberapa
hari setelah naik gunung saya sempat berkunjung ke rumah simbah di Wates. Daerah
Kulon Progo merupakan endemik malaria.
Ketika saya terkena malaria ini sempat jadi bahan penelitian
puskesmas dimana saya tinggal, karena ini kasus pertama yang terjadi di
lingkungan saya. Jadi saya sering dikunjungi petugas kesehatan setempat. Dan
yang namanya sakit malaria itu rasanya nggak enak banget. Suhu tubuh tinggi,
namun badan menggigil kedinginan, sehingga ibu saya sering menyelimuti saya
dengan berlapis-lapis selimut.
Saat itu saya sempat berpikir bahwa hari itu adalah
hari-hari terakhir saya. Rasanya ingat mati terus. Tiap kali dijenguk teman, saya mrebes mili (terharu sampai menangis). Ada perasaan plong ketika dijenguk
teman-teman, beban jadi berkurang. Saya opname sekitar 8 hari setelah itu rawat
jalan. Mungkin hal itu juga yang membuat saya enggan naik gunung lagi hehehe.
Setelah hampir 10 tahun akhirnya saya berani naik gunung
lagi, pada bulan Mei 2014 tanggal 17-18
saya dan teman-team grup jalan-jalan maning naik ke puncak Gunung Andong (1726
mdpl) yang ada di kabupaten Magelang. Grup jalan-jalan maning adalah grup WA yang anggotanya teman-teman kantor yang suka jalan-jalan alias mbolang. Pengalaman ke Andong
membuat jiwa petualang saya kembali tersulut #halah. Ibarat sebuah bara yang
mati kemudian diperciki api akhirnya menyala
kembali. Ditambah lagi film 5 cm berhasil mengompori saya untuk naik gunung. Panorama yang dihadirkan dalam film tersebut
membuat saya ngiler untuk menjelajahi tempat-tempat indah yang ada di Indonesia
termasuk di kawasan Mahameru yang
menawarkan panorama yang indah seperti Ranu Kumbolo. Sekitar bulan april ada kawan dari Malang
mengajak saya ke Ranu Kumbolo, namun karena kondisi belum memungkinkan saya
tidak ikut. Semoga di lain kesempatan bisa ikut.
Beberapa waktu lalu, tanggal 22-23 Agustus 2014 saya dan anggota
grup jalan-jalan maning muncak ke Gunung Prau (2565 mdpl) yang ada di Kabupaten
Wonosobo. Kami brangkat dari Jogja sekitar pukul 8 malam dan sampai di basecamp
sekitar pukul 23.30 WIB kemudian istirahat tidur. Sepanjang jalan dari Jogja ke Wonosobo saya sengaja
tidur untuk menyiapkan energi agar saat mendaki saya dalam kondisi yang prima. Selain itu saya juga menyempatkan pemanasan dengan bersepeda keliling kampung beberapa hari sebelumnya dan pagi hari tanggal 22/8/14 agar tidak kaget saat naik gunung.
Pukul 01.30 WIB kami bangun untuk siap-siap melakukan
pendakian. Sekitar pukul 02.00 WIB kami mulai mendaki. Setapak-demi setapak
kami lalui jalur pendakian. Sesekali kami berhenti jika terasa lelah. Jalannya tidak
perlu ngoyo, yang penting sedikit demi sedikit namun konsisten. Alhamdulillah
langit cerah, kata pengelola basecamp suhu hari itu termasuk hangat. Beberapa
hari sebelumnya sempat hujan es.
Jalanan cukup nyaman untuk didadki, tak ada halangan yang
berarti, sesekali canda tawa terdengar di tengah-tengah perjalanan kami. Kami
sampai puncak sekitar pukul 04.30 WIB. Butuh sekitar 2,5 jam untuk sampai
puncak. Di puncak sudah banyak tenda-tenda didirikan dan subhanallah udaranya
dingin banget. Jika mendaki kesana jangan lupa bawa jaket tebal plus sarung
tangan dll sebagai penghalau dingin. Saya tidak tahu persis berapa suhunya
karena saya tidak bisa ngecek melalui HP karena tidak ada sinyal. Kabarnya suhu
di puncak Prau bisa sampai minus.
Begitu semua sudah berkumpul kami segera mendirikan tenda
kemudian sholat subuh berjamaah. Di antara kami ada yang adzan, alhamdulillah
beberapa orang dari kelompok lain juga ikut berjamaah sholat dengan rombongan
kami. Kabut cukup tebal pagi itu dan matahari tidak begitu terlihat. Kami
sempat kecewa karena tidak bisa menikmati indahnya sunrise di puncak Prau namun
buru-buru kami buang rasa kecewa itu. Photo session tetap kami lakukan meski
kabut menyelimuti hehehe. Sesekali udara tiba-tiba cerah namun kemudian kabut
datang lagi menutupi indahnya pemandangan. Begitu cuaca cerah kami langsung
memanfaatkannya untuk berfoto hehehe.
Levitation di tengah kabut tebal, thanks Akata untuk fotonya |
Alhamdulillah untuk perjalanan hari itu. Banyak pelajaran
yang kami dapat diantaranya adalah tentang kesetiakawanan, keteguhan, bersyukur,
bersabar dan lain-lain. Saat naik gunung juga jadi ketahuan sifat asli
masing-masing xixixixixi:p
Terima kasih buat anggota grup jalan-jalan maning atas
kebersamaannya. Together we can! Next trip kemana? Semoga mimpi kita muncak di
Mahameru bisa terlaksana. Aamiin
Satu hal yang saya dapatkan dari perjalanan kali ini adalah
bahwa ternyata naik gunung itu nagih! Meski badan capek dan muka jadi kucel
tapi hati rasanya seneng dan puas banget pas bisa sampai puncak. Kemudian ingin
muncak lagi dan muncak lagi ke tempat-tempat yang belum pernah didaki. Selain itu pikiran jadi fresh dan kita
mendapatkan spirit baru.
Terima kasih ya Allah atas kesempatan ini, jadikan setiap
perjalanan yang kulakukan adalah perjalanan yang membuatku semakin dekat
dengan-Mu, semakin mensyukuri segala karunia-MuJ
Puncak Prau saat cerah |
wahh Prauu hehhe kalo naek" gnung saya angkat tangan dah sama mbak ce nyerah hehe pizz
BalasHapusah Angky nih bisa aja
Hapus"Meski badan capek dan muka jadi kucel tapi hati rasanya seneng dan puas banget pas bisa sampai puncak"
BalasHapusArtinya, perjalanan yang indah selalu perjuangan yang tidak mudah. Pun begitu pula hidup, Berjuang untuk kekekalan itu proses menuju kebahagiaan yang hakiki
#ceritanyasokbijak :D
peluk Indroooooooo :*
Hapusiya kak kayak di film apa ya "mendaki itu susah tapi pemandangannya indah" meskipun harus bawa perlengkapan seransel besar yang entah berapa kg beratnya, kebayar sama PUNCAK :)
BalasHapusyup bener banget:)
Hapus