Melakukan perjalanan adalah hal yang menyenangkan terutama
jika dilakukan bersama teman-teman. Mengunjungi daerah baru, menyicipi kuliner
khas daerah setempat dan hal-hal baru lainnya. Bagi saya melakukan perjalanan atau
bahasa kerennya travelling bukan
hanya sekedar berhaha hihi habis-habisin waktu di jalan. Travelling bisa menjadi sarana menyegarkan pikiran sekaligus
mengasah pengalaman spiritual.
Alhamdulillah 20-23 November 2016 lalu saya dan teman-teman
mendapat kesempatan travelling ke
Bali, Banyuwangi, dan Surabaya. Idenya memang mendadak, namun justru karena
mendadak ini malah jadi cepat terealisasi. Berbagai transportasi kami gunakan,
jalur udara, laut, dan juga darat.
Kami berangkat dari Bandung menuju Bali menggunakan pesawat.
Selama di Bali kami menyewa mobil. Kemudian menuju Banyuwangi kami menggunakan
kapal very. Waw, seru sekali perjalanan kali ini. Di Banyuwangi, karena salah
satu tim kami asli Banyuwangi kami tak perlu menyewa mobil maupun hotel. Tempat menginap
dan transportasi sudah disediakan, alhamdulillah:)
Niat utama kami sebenarnya memang mengeksplor Banyuwangi.
Namun karena tiket pesawat dari Bandung ke Surabaya lebih mahal daripada
Bandung ke Bali akhirnya kami memutuskan ke Bali terlebih dahulu.
Sehari-semalam kami di Bali, tak banyak yang kami jelajahi karena keterbatasan
waktu. Pantai Kuta, Sanur, Uluwatu, dan Garuda Wisnu Kencana adalah tempat yang
berhasil kami kunjungi. Puas main di Bali kami segera merapat ke Gilimanuk.
Kami akan menyeberang ke Banyuwangi menggunakan kapal very. Ongkos kapal very
ternyata murah sekali ya, setiap orang hanya dikenakan biaya Rp. 6000.
Sore itu meski lelah, kami cukup antusias. Menikmati sunset
di atas very yang tidak terlalu padat penumpang. Ngobrol haha hihi dan saling
berbagi cerita. Setelah sekitar satu jam very kamipun merapat ke dermaga.
Jemputan sudah menunggu, kami shalat jamak qashar magrib dan isya terlebih
dahulu. Alhamdulillah, tubuh terbasuh air wudhu, hati, jiwa, dan raga tunduk
dalam penghambaan pada-Nya. Maka nikmat-Nya yang manalagi yang kan kau
dustakan?
Malam itu kami menikmati kota Banyuwangi, bagi saya
Banyuwangi mirip dengan Magelang. Melewati Alun-alun, Masjid Agung, dan heii di
Banyuwangi ada mall. Kami mengira
Banyuwangi itu terpencil dan tidak ada mall
hehe. Seketika kami berhaaaaa bersama ketika melewati mall disusul gelak tawa seisi mobil.
Akhirnya sampai juga dirumah yang dituju, kami
bersih-bersih, makan, istirahat sejenak kemudian melanjutkan perjalanan menuju
Gunung Ijen. Jujur saya ngantuk dan capek banget sebenarnya. Sekitar pukul
10.30 kami menuju Ijen, dan sampai di basecamp sekitar jam 12 malam. Sudah
banyak traveller yang sampai di basecamp.
Gerbang baru akan dibuka pada pukul 01.00 WIB. Kami membeli tiket dan bersiap-siap.
Banyak sekali bule yang kami temui, mungkin karena dekat dengan Bali tempat ini
ramai oleh orang asing.
Begitu gerbang dibuka kami langsung melakukan perjalanan. Di
basecamp banyak jasa pemandu yang
menawarkan diri namun kami tidak menggunakan jasa tersebut karena kami sudah
punya tour guide sendiri wkwkwkwk.
Jangan lupa senter, sarung tangan, maupun jaket saat melakukan pendakian. Oiya
bawa air minum dan makanan secukupnya. Jalurnya memang tidak terlalu tinggi
(2.443 mdpl). Tapi kalau kalian jarang olahraga ya bakal lumayan ngos-ngosan, yang nggak kuat jalan ada
jasa becak (didorong oleh tenaga manusia). Jalur pendakian cukup lebar dan
tidak terjal.
Kami membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk mencapai puncak
untuk kemudian turun lagi melihat blue
fire. Jalur cukup terjal dan berbatu-batu mendekati blue fire. Ketika mendekat ke blue
fire tiba-tiba blue fire padam
dan menimbulkan asap yang membuat pedih mata. Kami sedikit panik kemudian naik
lagi ke atas. Kami menikmati blue fire
dari atas. Dan jeng-jeng, haripun mulai terang dan pemandangan Kawah Ijen
memesona mata kami. Subhanallah indah sekali, kawah yang berwarna hijau toska
ini menyihir setiap mata yang melihatnya.
Setelah puas menikmati kawah Ijen kami segera turun ke basecamp. Pemandangan sepanjang
perjalanan kembali ke basecamp juga
tak kalah memanjakan mata. Lereng gunung dengan kontur yang khas, pepohonan,
dan juga pemandangan Gunung Raung dan Kemukus yang terlihat seperti gunung
kembar.
Perjalanan kami lanjutkan menuju Taman Nasional Baluran,
konon ini merupakan Afrikanya Indonesia. Banyak hewan-hewan liar disana, ada
rusa, monyet, banteng, ular kobra, burung merak, dan lain-lain. Alhamdulillah
kami bisa menjumpai kawaran rusa, burung merak, banteng, dan juga monyet. Di
ujung taman Nasional ada Pantai Bama yang dikelilingi hutan mangrove.
Jujur kami lelah sekali hari itu. Sebenarnya masih ingin
mengunjungi beberapa tempat di Banyuwangi namun kelelahan kami mengalahkan
keinginan itu. Sekitar jam 5 kami sudah sampai rumah dan tertidur dengan pulas.
Baru terbangun saat adzan isya, masyaAlloh.
Esok harinya (23/11) kami
berangkat naik kereta dari Banyuwangi ke Surabaya. Sesampainya di Surabaya kami
mampir di Royal Plaza untuk makan siang kemudian menuju Jl. Darmo untuk melihat
patung suro dan boyo (icon Surabaya).
Setelah itu kami mampir di Masjid Al Falah untuk menunaikan shalat. Acara di
lanjutkan ke Excelso Surabaya. Ceritanya kami diundang oleh salah satu teman
baik anggota rombongan kami. Alhamdulillah rezeki anak sholeh ada yang menjamu
di Excelso:)
Setelah dari Excelso kami
segera menuju Stasiun Gubeng untuk melanjtkan perjalanan ke Bandung.
Alhamdulillah pas waktunya, tidak terlambat. Kurang lebih sekitar 13 jam kami
menempuh perjalanan menggunakan kereta Surabaya-Bandung. Seru sih naik kereta
rame-rame. Melelahkan namun kelelahan itu terbayar dengan pengalaman yang kami
dapatkan.
Bagi saya melakukan perjalanan tak hanya sekerdar usaha
untuk melepas stress namun bagian dari upaya untuk mengasah spiritual. Banyak
pengalaman spiritual yang saya dapatkan selama perjalanan. Saat di udara saya
merasa begitu kecil, Maha Besar Alloh yang menciptakan langit dan bumi.
Alloh memberikan keringanan bagi para pejalan untuk menjamak
qhasar shalatnya, betapa Alloh itu memudahkan kita untuk beribadah namun karena
keegoan dan kemalasan kita tak jarang orang yang travelling lalai dari ibadah. Dengan travelling saya bisa mempraktekkan ibadah-ibadah yang selama ini
baru sebatas teori saja seperti shalat di atas kendaraan, tayamum saat tidak
mendapati air di puncak gunung dan lain sebagainya.
Niatkan setiap perjalanan untuk meraih ridho-Nya, insyaAllah
kita akan mendapatkan apa yang kita niatkan.
Travelling memberikan waktu bagi saya untuk lebih banyak
merenung sepanjang perjalanan, mengenali dan mengakui tanda-tanda
kebesaran-Nya. Ah betapa kita ini sangat kecil dan tak ada artinya tanpa
bimbingan dari-Nya.
See you to the next travell!!! :)
Komentar
Posting Komentar