Quotes

Syukur dan sabar bagai dua sayap , yang kanan sayap syukur dan yg kiri sayap sabar. Jika patah salah satu maka kita akan jatuh~Buya Hamka

Label

Langsung ke konten utama

Sayang Uangnya

Tadi buka-buka artikel di salah satu portal online. Ada salah satu artikel yang menarik mata saya kemudian menuntun tangan saya untuk mengklik judul artikel tersebut. Artikel tersebut berisi tentang gerakan #SayangUangnya yaitu sebuah gerakan yang digagas oleh salah satu bank swasta di Indonesia. Latar belakangnya adalah maraknya gaya hidup konsumerisme akhir-akhir ini di kalangan generasi milenial (kelahiran 1980-2000).

Beberapa waktu lalu sempat heran juga sih pas lihat salah satu artis Indonesia tepatnya Pevita Pearce ketika diwawancarai di salah satu TV swasta tentang kegemarannya akhir-akhir ini naik Trans Jakarta dibandingkan naik mobil pribadi. Ternyata alasannya adalah dengan menggunakan public transportation selain mengurangi kemacetan juga dapat menghemat uang. Biaya yang dikeluarkan ketika menggunakan  transportasi publik seperti Trans Jakarta jelas lebih murah dibandingkan jika menggunakan mobil pribadi.

Pernah lihat Hamish Daud yang sedang makan di warteg kemudian muncul di timeline twitter?
Hmmm, saya memang rada curiga sih ketika baca berita itu. Mendadak muncul pertanyaan, "ini kenapa artis-artis kece yang biasanya pamer gaya hidup mewah tiba-tiba pada berubah?" Berubah jadi hidup sederhana dan merakyat. Bagus sih, kan mereka artis, public figure, apa yang mereka lakukan tak jarang akan menginspirasi para pecintanya. Jika hal itu positif maka bagus, namun jika sebaliknya? waduh!

Eh jawaban dari kecurigaan saya terjawab hari ini. Ternyata ini adalah bagian dari kampanye yang dilakukan oleh Bank Permat*. Di era digital dimana social media berkembang dengan pesat tak bisa dipisahkan dari kehidupan kita. Budaya konsumerismepun ikut meraja lela dan dengan mudah mewabah di kalangan kita. Faktor penyebabnya banyak sih, salah satunya ya perkembangan media sosial akhir-akhir ini yang menyebabkan orang ingin terus eksis dan keberadaannya diakui.

Sekarang orang makan yang jadi pertimbangan adalah tempatnya cozy atau nggak, makanannya intagramable atau nggak, check in ke tempat-tempat kekinian adalah suatu kebanggaan, apa yang lagi ngetrend di social media jadi pertimbangan. Jujur, gejala seperti ini juga pernah saya alami heuheuheu, kadang kita berani mengeluarkan uang yang lebih besar demi makan di tempat fancy. Sesekali sih nggak apa-apa ya namun kalau jadi gaya hidup itu bisa berdampak luar biasa, dompet tipis jadinya:))

Saya sangat mendukung gerakan #SayangUangnya ini karena mengajak kita untuk mengurangi gaya hidup konsumerisme. Jangan sampai kita membebani diri kita dengan gaya hidup di luar kemampuan kita. Kalau mau nuruti gaya hidup sih nggak ada habisnya. Jangan sampe kita jadi golongan yang gajinya 3 koma, setelah tanggal tiga gajinya udah koma karena pola konsumsi kita yang melebihi batas kemampuan kita.

Kalau dari beberapa buku dan artikel yang aku baca sebaiknya uang kita dibagi dalam beberapa pos,  50% untuk biaya hidup (makan, pulsa, transport, hiburan). 50% lagi untuk investasi, tabungan, cicilan hutang jika ada (cicilan tidak boleh lebih dari 30%) tabungan/investasi minimal 10%. Bagi yang muslim terutama jangan lupa sisihkan untuk zakat 2,5 % jika gajinya sudah mencapai nisab (nisab zakat penghasilan setara dengan 653 kg beras). Kalau belum mencapai nishab tidak wajib berzakat namun sangat dianjurkan untuk bersedekah. Besarnya sedekah ini bisa sampai 10% dari penghasilan (tergantung kesanggupan).

Yuk mari kita sama-sama hidup bersahaja sesuai dengan kemampuan kita. Jangan berlaku boros dan berlebih-lebihan #SayangUangnya. Manfaatkan uang dengan bijak jangan jadi budak hawa nafsu yang gak ada habisnya. Kitalah yang bisa mengontrol diri kita sendiri, jangan takut dengan omongan dan penilaian orang lain. Tulisan ini saya tujukan untuk diri saya sendiri, sebagai pengingat dan motivasi untuk tidak berlebih-lebihan dalam membelanjakan harta (uang) semoga bermanfaat ya:)

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan sesungguhnya  (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian. (QS. Al-Furqon: 67)




life-long learner, suka jalan-jalan, blogging, dan phonetography| Bahagia itu sederhana| Hidup mulia dan husnul khotimah (aamiin).

Komentar

Posting Komentar