Quotes

Syukur dan sabar bagai dua sayap , yang kanan sayap syukur dan yg kiri sayap sabar. Jika patah salah satu maka kita akan jatuh~Buya Hamka

Label

Langsung ke konten utama

Cerita di Akhir Tahun 2020

Pengalaman melakukan swab antigen sungguh membuat saya cukup trauma karena  tidak nyaman bahkan kesakitan. Saya melakukan swab antigen karena hendak pulang kampung. Ini adalah pilihan yang tidak mudah namun saya harus pulang karena ada hal yang harus saya selesaikan. Saya melakukan swab antigen yang pertama di salah satu klinik di Bekasi. Alhamdulillah antrian tidak banyak karena saya sengaja memilih mudik bukan di saat peack season. Hasilnyapun dapat saya ketahui sekitar satu jam setelah dialakukan tindakan. Jujur saya deg-degan sekali rasanya saat akan dilakukan tindakan swab. Petugas kesehatan melakukan swab pada dua lubang hidung saya, sungguh tak nyaman namun saya berhasil melaluinya meski sempat meneteskan air mata #halah. Pedes euy rasanya di hidung dan kepengen bersin.

Saya menunggu hasil sambil deg-degan dan komat-kamit membaca do'a agar hasilnya negatif. Alhamdulillah setelah kurang lebih menunggu satu jam hasilnyapun keluar dan alhamdulillah negatif. sayapun merasa lega dan segera memesan tiket untuk pulang ke Jogja (28/12/2020). Kali ini saya memilih maskapai Air Asia karena harganya murah dan ada fasilitas seat distancing. Saya cukup puas dengan pelayanan Air asia karena saat akan boarding petugas mengatur agar kami boarding dengan teratur dan tetap menjaga jarak. Bus yang mengangkut penumpang dari ruang tunggu menuju landasan pesawatpun tidak penuh umpek-umpekan. Pengalaman saya naik maskapai singa saat pandemi sungguh mengkhawatirkan, tidak ada physical distancing, bus umpek-umpekan, nggak ada yang mengatur jarak penumpang, dan semua kursi terisi. Sedangkan Air asia menerapkan aturan kursi tengan dikosongkan agar tetap menjaga jarak. Saat kami akan turunpun diatur oleh pramugari, penumpang diperbolehkan keluar  tiap tiga baris kursi dan penumpang yang belum saatnya keluar harus tetap duduk dan tidak boleh antri sambil berdiri.

Saat tiba di rumah rasanya aneh. Ada yang berbeda dengan rumah. Rumah terasa dingin tanpa kehadiran Ibu. Sejujurnya  sata masih sedikit trauma dengan kehilangan. Kehilangan itu sangat menyakitkan dan meninggalkan luka. Kepergian Ibu (19/08/2020) rasanya masih seperti mimpi. Tujuan kepulangan saya sebenarnya saya ingin menyembuhkan luka batin saya. Saya ingin memeluk luka-luka itu bukan menghindarinya. Di rumah saya benar-benar menyadari bahwa ibu memang sudah tidak ada lagi. Kehilangan orangtua membuat saya sangat sedih, takut, khawatir, dan merasa sendirian. Saat Bapak berpulang saya juga merasakan hal yang sama, bahkan saya histeris saat melihat jenazah bapak dan hanya bisa menangis sekeras-kerasnya. Beruntung saat itu masih ada Ibu, jadi saya merasa tidak melaluinya sendirian. 

Saat Ibu pergi saya tak bisa menyembunyikan kesedihan saya. Sejak pesan saya terima bahwa Ibu sudah dipanggil air mata saya tak henti-hentinya menetes. Saya melewati hari-hari yang gelap di 3 minggu pertama Ibu berpulang. Rasa sedih, takut, khawatir, sendiri, dan kesepian bergumul jadi satu saya rasakan. Beruntung saya punya sahabat-sahabat yang baik yang menguatkan dan siap menjadi tempat berkeluh kesah. Alhamdulillah akhirnya semua itu bisa dilalui. Sekitar seminggu sebelum mudik saya merasa mellow, gampang nangis kalau ingat Ibu dan Bapak. Ada rasa rindu tetapi takut untuk pulang karena pasti di rumah akan ingat Ibu terus. Tetapi akhirnya saya memberanikan diri untuk pulang, untuk memeluk luka-luka saya, untuk menyembuhkan batin saya. Duh jadi sedih lagi malahan:(

Alhamdulillah, selama di Jogja saya bener-bener quality time sama kakak-kakak saya. Hampir setiap hari saya ke makam Ibu. Waktu saya lebih banyak dihabiskan di rumah karena mau ngajak nongkrong temanpun khawatir karena saya dari luar kota. Selain itu Jogja juga sering hujan jadi nggak nyaman juga kalau mau pergi-pergi. Alhamdulillah bisa menikmati makanan-makanan yang saya rindukan seperti bubur sayur, gudeg, lotek, kupat tahu, bakmi jowo, empek-empek Ny. Kamto dan lain-lain.

Pengalaman yang tidak menyenangkan saat mudik adalah ketika saya melakukan swab antigen yang kedua di salah satu pusat kesehatan di Jogja. Entah mengapa kali ini rasanya lebih sakit dan lebih dalam alatnya masuk ke lubang hidung. Saya sempat mau berontak karena kesakitan huhuhu, beruntung kali ini hanya satu lubang hidung saja yang di-swab. Sambil menunggu hasil swab saya muter-muter Kota Jogja, melalui jalan-jalan yang dulu sering saya lewati. Nostalgia euy, keliling naik motor saja sudah bikin happy. Jogja memang tempat yang nyaman. Dulu saya sangat terobsesi dengan Bandung dan sempat lebih menyukai Bandung daripada Jogja, namun sekarang saya sadar bahwa Jogja tetap yang istimewa:)



life-long learner, suka jalan-jalan, blogging, dan phonetography| Bahagia itu sederhana| Hidup mulia dan husnul khotimah (aamiin).

Komentar