Judul di atas merupakan judul novel baru dari Tere Liye yang sudah saya selesaikan kemarin. Kemarin sabtu waktu ke Syuhada alhamdulillah perpustakaan masih buka. Ada Mas Panji di sana. Mas Panji adalah pengelola perpustakaan masjid syuhada. Biasanya tiap sabtu saya mampir ke syuhada sekedar untuk menyapa sm@rt_fighter, pengurus masjid, dan meminjam atau mengembalikan buku. Kemarin itu saya tanya ke Mas Panji ada novel baru apa? Kemudian Mas Panji menyodorkan novel karya Tere Liye yang Berjudul "Daun Yang Jatuh Tak Akan Membenci Angin". Sepertinya bagus, batinku dalam hati. Mas Panjipun mengatakan novelnya bagus. Novel itu tidak terlalu tebal. Jadi kemarin saya berhasil menyelesaikannya. Waktu hari sabtu tidak langsung saya baca. Saya baru memulai membacanya hari minggu di sela-sela kegiatan saya dan menyelesaikannya semalam sekitar pukul 22.00 WIB.
Novel tersebut bercerita tentang kehidupan keluarga miskin di Jakarta. Keluarga itu terdiri dari seorang ibu, anak perempuan yang bernama Tania, dan anak laki-laki yang berbama Dede. Semenjak kematian sang suami si ibu dan anak-anaknya hidup menderita. Anak-anaknya terpaksa mengamen dan tidak bersekolah. Sebuah perubahan terjadi manakala Tania dan Dede bertemu dengan seorang "malaikat". "malaikat" itu adalah seorang pemuda baik hati yang kemudian memberikan janji-janji perubahan masa depan kepada keluarga Tania. Awal jumpa mereka ketika Tania dan Dede sedang mengamen di dalam bus tiba-tiba Tania tertusuk paku kakinya. Tidak ada yang peduli kecuali pemuda itu. Pemuda itu yang kemudian membersihkan dan membalut kaki Tania dengan sapu tangan.
Sejak pertemuan itu mereka intens bertemu bahkan pada pertemuan kedua "malaikat" itu memberikan mereka hadiah sepatu. Tidak hanya mengenal Tania dan Dede, pemuda itu juga mengenal ibu Tania. Sejak pertemuan pemuda itu dengan ibu, pemuda itu memberikan bantuan untuk keluarga Tania. Tania dan Dede mulai bersekolah lagi, kemudian mereka pindah ke kontrakan yang lebih layak bukan rumah kardus, pemuda itu juga sering mengajak mereka jalan-jalan dan membelikan buku. Hubungan Tania, Dede, ibu dan Pemuda itu seperti keluarga. Pemuda itu layaknya kakak bagi tania dan adiknya karena jarak usia mereka cukup jauh.
Banyak perubahan yang terjadi pada keluarga itu hingga akhirnya Ibunda Tania dan Dede harus meninggal karena sakit parah. Pemuda itu tak pernah meninggalkan mereka. Selalu setia membantu Tania dan Adiknya. Ketika Ibunda Tania dan Dede Meninggal pemuda itu menasihatkan bahwa daun yang jatuh tak pernah membenci angin, ikhlaskan semuanya. Konflik terjadi ketika Tania mulai menyadari perasaannya. Dian-diam dia mencintai "malaikatnya" namun dia tak pernah berani mengatakannya hingga malaikatnya itu memutuskan untuk menikahi seorang wanita. Mungkin untuk selanjutnya bisa dibaca sendiri hehe.
Ada beberapa hikmah yang saya dapat dari novel ini diantaranya adalah bahwa segala sesuatu yang kita inginkan tak harus kita miliki dan kita harus mau menerima kenyataan. Mengikhlaskan semua yang terjadi seperti ungkapan daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Saya menangkap bahwa ungkapan itu bermakna tentang sebuah keikhlasan. Ikhlas menerima kenyataan yang kadang tak sesuai dengan kemauan kita.
Ada beberapa hikmah yang saya dapat dari novel ini diantaranya adalah bahwa segala sesuatu yang kita inginkan tak harus kita miliki dan kita harus mau menerima kenyataan. Mengikhlaskan semua yang terjadi seperti ungkapan daun yang jatuh tak pernah membenci angin. Saya menangkap bahwa ungkapan itu bermakna tentang sebuah keikhlasan. Ikhlas menerima kenyataan yang kadang tak sesuai dengan kemauan kita.
Ada kalimat menarik yang saya suka dari novel itu,
Kebaikan itu seperti pesawat tebang. Jendela-jendela bergetar, layar TV bergoyang, telepon genggam terinduksi saat pesawat itu lewat. Kebaikan merambat tanpa mengenal batas. Bagai garputala yang beresonansi, kebaikan menyebar dengan cepat."
Kebaikkan seperti itu adalah kebaikan yang dilakukan oleh pemuda itu atau Tania sering menyebutnya sebagai malaikat. Pemuda yang dalam tokoh itu bernama Danar. Danar yang menebarkan kebaikan itu pada Tania dan keluarganya sehingga keluarga itu berubah lebih baik kehidupannya. Mereka yang dulu hanya tinggal di rumah kardus bisa pindah ke tempat yang lebih layak. Tania dan Dede yang tadinya mengamen, tak bersekolah, dekil, hitam, dan kumal berubah menjadi pribadi yang berpendidikan dan hidup lebih layak. Bahkan Tania tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar, menghabiskan masa SMP hingga perguruan tinggi di Singapura.
Novel yang bagus, saya suka membaca karya Tere Liye. Novel pertama karangannya yang saya baca adalah Hafalan Shalat Delisa. Novel yang membuat saya menangis tersedu-sedu ketika membaca bagian-bagiannya. Kemudian Agar Bunda Disayang Allah, Bidadari-Bidadari Surga, dan Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin. Ada dua judul yang belum saya baca yaitu Burlian dan yang satunya saya lupa. Kalau penasaran dengan novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin silakan baca sendiri ya, bisa dapatkan novelnya di toko buku terdekat atau perpustakaan terdekat. Mau pinjam temen juga gak papa:D. Bagus kok ceritanya:)
Komentar
Posting Komentar